Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya,
akhirnya kami selaku penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu
dan tanpa ada halangan sesuatu apapun. Tak lupa penulis panjatkan sholawat
serta salam pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, karena melalui tangan
beliaulah, Allah menurunkan nikmatnya pada kita semua, sehingga kita bisa merasakan
nikmatnya hidup saat ini.
Adapun tujuan utama kami menulis
makalah yang bertemakan “managing public issue” ini adalah untuk melengkapi
mata kuliah Menajemen public Relations. Di samping itu, penulisan makalah ini
juga menjadi rujukkan untuk kami selaku mahasiswa untuk mempertebal wawasan
keilmuan kita tentang apa itu managing public issue.
Harapan kami selaku penulis, semoga
dengan adanya makalah yang singkat ini bisa membantu pembaca dalam memahami apa
itu managing public issue, serta membantu kemudahan pembelajaran mata kuliah
manajemen public relation secara
khususnya.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan
kepada Bapak Muhammad Qoyim, S.Sos., M.Si selaku dosen mata kuliah Manajemen
public relation yang telah membimbing dan memberikan masukan-masukan kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis sangat menyadari bahwa
makalah ini belum terbilang dalam kata sempurna, karena keterbatasan kemampuan
dan pengetahuan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dari berbagai pihak untuk perbaikan dalam pembuatan makalah ini.
Kartasura, Maret 2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Public relations
adalah seni menciptakan pengertian publik yang lebih baik sehingga dapat
memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu/ organisasi. Menurut
IPRA (International Public Relations Association) PR adalah fungsi manajemen
dari ciri yang terencana dan berkelanjutan melalui organisasi dan lembaga
swasta atau publik untuk memperoleh pengertian, simpati, dan dukungan dari
mereka yang terkait atau mungkin ada hubungannya dengan penelitian opini public
di antara mereka.Sebagai sebuah profesi seorang PR bertanggung jawab untuk
memberikan informasi, mendidik, meyakinkan, meraih simpati, dan
membangkitkan ketertarikan masyarakat akan
sesuatu atau membuat masyarakat mengerti dan menerima sebuah situasi.
Posisi PR merupakan penunjang tercapainya tujuan
yang ditetapkan oleh suatu manajemen organisasi. Sasaran humas adalah publik
internal dan eksternal, dimana secara operasional humas bertugas membina
hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya dan mencegah timbulnya
rintangan psikologis yang mungkin terjadi di antara keduanya.
manajemen isu adalah suatu proses manajemen yang
bertujuan untuk membantu : 1. Menjaga hubungan organisasi baik internal maupun
eskternal, 2. Mengurangi resiko, 3. Mencipatkan peluang dan 4. Mengelola citra
sebagai aset organisasi/perusahaan baik untuk kepentingan organisasi itu
sendiri maupun para stakeholder.
B. Rumusan
masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan isu manajemen?
2. Bagaimana
menangani terjadinya isu manajemen?
3. Bagaimana
proses menajemen isu?
4. Bagaimana
langkah-langkah pengendalian dan pengolahaan isu?
C. Tujuan
Agar kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan
isu manajemen, bagaimana menangani jika terjadinya isu manajemen juga proses
atau cara mengatasi manajemen isu tersebut dan bagaimana langkah-langkah dalam
pengendalian dan pengolahan isu itu sendiri.
D. Manfaat
Manfaat
yang diharapkan dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi
penulis, menambah pengetahuan penulis mengenai managing public issue
2. Bagi
penulisan selanjutnya, sebagai acuan terutama penulisan yang berkaitan dengan
managing public issue.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi Manajemen issu
Terminologi “issues management” pertama kali
dipublikasikan oleh W. Howard Chase pada tanggal 15 April 1976 dalam newsletter-nya
“Corporate Public Issues and Their Management” Volume 1 No. 1. Newsletter
tersebut, sekarang sering disebut CPI, menyebutkan bahwa tujuan-tujuan
manajemen issue adalah untuk memperkenalkan dan memvalidasikan suatu
penetrasi dalam desain dan praktek manajemen korporat dengan tujuan untuk
setidaknya mengelola issue publik korporat sebaik atau bahkan lebih baik
dibandingkan manajemen tradisional dari operasional yang hanya memikirkan
keuntungan saja. Ia juga berkata bahwa isi newsletter-nya akan menggiring
pembacanya pada revisi dasar atas praktek-praktek yang berbiaya tinggi dan tak
sesuai dari jajaran staff manajemen tradisional. Ditambahkannya bahwa pada masa
ini hanya ada satu manajemen dengan satu tujuan: bertahan hidup dan kembali
pada kapital yang cukup untuk memelihara produktivitas, apapun iklim ekonomi
dan politik yang tengah berlangsung. (Caywood, 1997:173).
Bersama rekannya, Barry Jones, Chase
mendefinisikan “Manajemen Issue” sebagai ‘sebuah alat yang dapat
digunakan oleh perusahaan untuk mengidentifikasi, menganalisa dan mengelola
berbagai issue yang muncul ke permukaan (dalam suatu masyarakat populis
yang mengalami perubahan tanpa henti) serta bereaksi terhadap berbagai issue
tersebut sebelum issue-issue tersebut diketahui oleh
masyarakat luas.’ (Regester & Larkin, 2003:38).
Di tahun 1992 pada acara “Public Relations
Colloquium” yang disponsori oleh firma public relations dari Nuffer,
Smith, Tucker, Inc. San Diego State University dan Northwestern
University’s Medill Scholl of Journalism, sekelompok praktisi PR
mengembangkan sebuah definisi yang beorientasi pada tujuan:
“Manajemen issue adalah proses manajemen yang tujuannya membantu
melindungi pasar, mengurangi resiko, menciptakan kesempatan-kesempatan serta
mengelola imej sebagai sebuah aset organisasi bagi manfaat keduanya, organisasi
itu sendiri serta stakeholder utamanya, yakni pelanggan/konsumen,
karyawan, masyarakat dan para pemegang saham”. (Caywood, 1997:173)
- Definisi Isu
Kita tidak akan mudah memahami terminologi “Manajemen Issue”
di atas tanpa mengetahui apa yang sebenarnya dimaksud dengan issue
(bukan terjemahan dari gossip/ rumour).
Menurut dua pakar di AS, Hainsworth dan Meng,
sebuah issue muncul “sebagai suatu konsekuensi atas beberapa tindakan
yang dilakukan, atau diusulkan untuk dilakukan, oleh satu atau beberapa pihak
yang dapat menghasilkan negosiasi dan penyesuaian sektor swasta, kasus
pengadilan sipil atau kriminal, atau dapat menjadi masalah kebijakan publik
melalui tindakan legislative atau perundangan.” Chase & Jones menggambarkan
“issue” sebagai ‘sebuah masalah yang belum terpecahkan yang siap diambil
keputusannya’ (‘an unsettled matter which is ready for decision’). Pakar
lain mengatakan bahwa dalam bentuk dasarnya, sebuah “issue“ dapat
didefinisikan sebagai ‘sebuah titik konflik antara sebuah organisasi dengan
satu atau lebih publiknya’ (‘a point of conflict between an organization and
one or more of its audicences’). (Regester & Larkin, 2003:42).
Sementara Heath & Nelson (1986)
mendefinisikan “issue” sebagai ‘suatu pertanyaan tentang fakta, nilai
atau kebijakan yang dapat diperdebatkan’ (‘a contestable question of fact,
value or policy’).
Jadi Isu adalah sebuah masalah yang
belum terpecahkan yang diambil keputusannya yang mengacu pada sebuah titik
antara sebuah organisasi dengan satu atau lebih publiknya yang mengakibatkan
suatu kesenjangan antara praktek korporat dengan harapan-harapan para
stakeholder.
- Pendekatan Manejement Isu
1. Pendekatan Sistem (System Approach)
Manajemen isu berupaya
meminimalisasi “kejut-an” dengan berfungsi sebagai sistem peringatan dini
(early warning system) bagi ancaman potensial. Kegiatan ini meliputi pemindaian
lingkungan ) environment scanning) untuk mendapatkan informasi bagi pembuatan
keputusan organisasi dan menentukan respons organisasi.
2. Pendekatan Stratejik(strategic
reduction of uncertainty approach)
Pendekatan ini mempertimbangka
berbagai faktor seperti kajian keputusan stratejik. proses organisai,perilaku
manajemen dan prilaku sosio-politik untuk mengembangkan suatu pemahaman atas
peristiwa yang terjadi dan aksi organisasi
3. Pendekatan Restoris (Retborical
approach)
·
Pendekatan ini muncul sebagai respons terhadap model
manajemen isu.
·
Pendekatan model proses manajemen isu berasumsi bahwa
organisasi memiliki wewenang yang sama dengan pemerintah ketika
berhubungan dengan penciptaan kebijakan publik
4. Pendekatan terintegrasi.
·
Pendekatan ini menjelaskan bahwa dialog aktif atau
keterlibatan antara organisasi dengan publiknya merupakan cara yang paling
efektif dalam mengelola isu.
D. Proses
Menajemen Isu
Ø Manajemen isu strategis adalah
tanggung jawab seluruh organisasi. Tanggung jawab tersebut melintasi semua unit
kerja. Kerangka manajemen isu melibatkan tiga fungsi, yaitu :
1. Pengumpulan/pemantauan intelijen dan
informasi;
2. Menganalisis informasi dan
mengelompokkan masalah (issue classificaton)
3. Mengambil tindakan dan mengevaluasi
hasil (taking action and evaluating the results)
Ø Proses manajemen isu adalah proses
mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam suatu organisasi. Menggunakan
proses manajemen isu, kita dapat mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
dengan cepat sebelum isu memiliki dampak yang tidak diinginkan.
Ø Proses manajemen isu akan membantu :
1. Mengidentifikasi isu
2. Menentukan dampak dari tiap isu
3. Membuat prioritas isu dan melaporkan
status pengembangan isu
4. Meninjau semua masalah dan
memutuskan suatu tindakan
5. Mengambil langkah yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah dengan cepat.
E. Daur Hidup Isu
Dalam sebuah model yaang dikembangkan oleh Hainswoth &
Meng. Proses isu dapat digambarkan sebagai siklus yang terdiri dari empat tahap
yaitu :
- Tahap 1 : Potential Stage
Sebuah isu
muncul ke permukaan ketika sebuah organisasi atau kelompok merasa
berkepentingan terhadap suatu masalah. Bisa juga muncul sebagai
konsekuensi perkembangan tau perubahan tren politik, undang-undang, ekonomi dan
sosial
- Tahap 2 : Emerging Stage
Tahap ini
mengindikasikan terjadinya tekanan terhadap organisasi akibat sebuah isu. Dalam
banyak kasus tekanan ini adalah akibat dari reaksi sekelompok masyarakat yang mulai memberikan perhatian
dan melegitimasi isu yang beredar.
- Tahap 3 & 4 : Current Stage dan Crisis Stage
Pada fase
current stage, isu telah berkembang dan menunjukan dampak serius. Menjadi
sulit merubah isu karena sudah menjadi
opini publik dan menyebar dengan intensitas yang luar biasa tinggi. Perubahan
dari Status Current Stage menjadi Crisis Stage sangatlah cepat, dalam situasi
ini sangatlah mungkin institusi formal seperti pemerintah ikut campur tangan
dalam penyelesaian krisis yang terjadi
- Tahap 5 : Dortmand Stage (Resolution)
Sekali
sebuah isu mendapatkan perhatian publik, maka usaha untuk meredakan dampaknya
menjadi lebih lama dan mahal. Setelah mencapai puncaknya, sebuah isu
cepat atau lambat akan hilang dimakan waktu atau teralihkan oleh isu lain yang
lebih panas.
- Langkah-Langkah Pengendalian Dan Pengolahan Isu
Public Affairs Council (Regester & Larkin, 2003:44-46)
menyatakan bahwa fungsi-fungsi yang dibutuhkan bagi manajemen isu adalah
pengidentifikasian berbagai isu dan tren, mengevaluasi dampak mereka dan
menempatkan prioritas, menetapkan posisi suatu perusahaan, merancang tindakan
dan respon dari perusahaan untuk membantu mendapatkan posisi tersebut serta
mengimplementasikan rencana. Fungsi-fungsi ini harus ada secara konstan dan
terintegrasi serta terfokus pada tugas utama yakni membantu organisasi, melalui
manajemennya. Kunci dari tugas-tugas tersebut adalah merencanakan, memonitor,
menganalisa dan mengkomunikasikan. Heath & Cousino mengidentifikasikan
empat kebutuhan fungsi umum agar sebuah perusahaan dapat memaksimalkan
posisinya serta memelihara lingkungan kebijakan publiknya secara positif,
dengan sebuah fokus utama yakni memperhatikan hubungan dengan para
stakeholder-nya:
a. Perencanaan dan
operasi yang cerdas.
b. Pertahanan yang
kuat dan penyerangan yang cerdas.
c. Getting the house
in order.
d. Mengeksplorasi
landasan.
Model proses manajemen isu pada prinsipnya merupakan alat
untuk mengidentifikasi, menganalisis, membuat skala prioritas, menentukan
respon dan evalusi atas konsekuensi-konsekuensi dari perubahan lingkungan
eksternal dan internal terhadap aktivitas organisasi. Namun penggunaan model
manajemen isu juga meliputi perencanaan kebijakan publik ke dalam setiap unit
operasional organisasi, kewenangan membuat keputusan dan keahlian mereview dan
mengevaluasi isu. Oleh karena itu, akan lebih baik jika ada tim manajemen isu
selain praktisi PR juga melibatkan senior manager dan mendekatkan proses kerja
tim pada shareholders perusahaan. Dalam manajemen isu, terdapat langkah –
langkah yang harus dilaksanakan agar pelaksanaan manajemen tertata dan berjalan
sesuai tujuan. Chase & Jones menguraikan langkah –langkah tersebut sebagai
berikut (Regester & Larkin, 2003:59-60; Chase, 1984:38-68; Harrison, 2001):
1. Identifikasi Isu Merupakan proses untuk membandingkan
tren yang terjadi di dalam organisasi dengan kinerja perusahaan. Setiap gap
yang bisa menimbulkan isu, harus didokumentasikan, dikategorisasikan dan
dilaporkan.
2. Analisis Isu adalah menentukan isu berdasarkan urgensinya
dan dampaknya. Setelah isu yang muncul diidentifikasikan dan diprioritaskan,
tahap kedua dimulai. Tujuannya adalah menentukan asal isu tersebut yang sering
kali sulit karena biasanya isu tidak muncul hanya dari satu sumber saja.
3. Pilihan Strategi Perubahan Isu Merupakan tahap yang
melibatkan pembuatan keputusan – keputusan dasar tentang respons organisasi.
Terdapat tiga pilihan untuk menghadapi perubahan tersebut, yaitu:
a. Strategi Perubahan
Reaktif ; Dalam strategi perubahan reaktif, perusahaan hanya akan bereaksi jika
muncul isu – isu yang memojokkan atau kurang menguntungkan bagi citra
perusahaan. Artinya perusahaan tidak memiliki persiapan dan strategi jangka
panjang dalam menghadapi isu.
b. Strategi Perubahan Adaptif ; Strategi ini menyarankan
pada keterbukaan perusahaan terhadap isu yang berkembang. Hal ini memerlukan
kesadaran perusahaan bahwa isu tidak bisa dihindari. Pendekatan ini
berlandaskan pada perencanaan untuk mengantisipasi perubahan serta menawarkan
dialog konstruktif untuk menemukan sebuah bentuk kompromi dalam menangani
setiap isu yang beredar.
c. Strategi Respon Dinamis ; Respon dinamis bertujuan untuk
mengantisipasi dan membantu proses pengambilan keputusan agar sesuai dengan
kepentingan publik. Strategi ini memberikan arahan bagaimana berkampanye
melawan isu. Pendekatan ini menjadikan organisasi sebagai polopor pendukung
perubahan. Sementara itu, Bucholz (1984) mengidentifikasikan empat kemungkinan
respon terhadap isu kebijakan publik sebagai berikut :
1. Reaktif – Melawan
perubahan
2. Akomodatif –
mengadaptasi perubahan
3. Proaktif – mempengaruhi perubahan
4. Integratif –
menyesuaikan diri terhadap perubahan
5. Program Penanganan Isu Pada fase
ini organisasi harus memutuskan kebijakan yang mendukung perubahan yang
diinginkan untuk membuat program penanganan isu. Tahap ini membutuhkan
koordinasi sumber daya untuk menyediakan dukungan yang optimal agar tujuan dan
target tercapai. Perencanaan program cenderung akan mengembangkan strategi
hanya untuk keadaan masa depan yang “paling mungkin atau mungkin” karena
organisasi dihadapkan pada semua kemungkinan dari isu yang ada.
6.
Evaluasi Hasil Setelah semua tahapan di atas, akhirnya dibutuhkan sebuah riset
untuk mengevaluasi bagaimana implementasi program yang dilakukan. Semakin lama
isu berkembang, semakin sedikit pilihan yang tersedia dan semakin mahal
biayanya (Regester & Larkin, 2003).
- Proses Pengendalian Dan Pengolahaan Isu
Proses tambahan bagi
model proses manajemen isu yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dipetakan
untuk menggambarkan peran pembuatan keputusan manajemen pada setiap fase
(Regester & Larkin, 2003:99-102):
a. Fase Kesadaran Di sini, penekanan dalam tim manajemen
adalah pada mendengarkan dan mempelajari. Mereka yang terlibat harus terjaga,
terbuka, rendah hati, penasaran serta tertantang. Latar belakang informasi dan
riset harus digunakan selengkapnya serta mengadakan pemonitoran infrastruktur.
b. Fase
Eksplorasi Tahap ini mengindikasikan urgensi yang meningkat terhadap pentingnya
isu. Tanggung jawab khusus harus dibagikan, kesadaran organisasi ditingkatkan
dan proses analisa serta pembentukan opini dimulai. Suatu gugus tugas dapat
dibentuk untuk memudahkan alokasi tanggung jawab. Berikut adalah karakteristik
contoh gugus tugas:
1. Senioritas untuk mengambil
keputusan, mengalokasikan sumber serta mengarahkan implementasi program.
2. Ukuran disiplin direpresentasikan
dan akses yang sesuai atas informasi untuk tujuan pengambilan keputusan.
3. Akses
yang mudah untuk mengatur rapat serta ‘jaringan’ informasi; fleksibilitas dan
informalitas dalam metode bekerja.
4. Kemampuan untuk mengkombinasikan
keahlian analitis dan kreatif dengan tindakan serta pengambilan keputusan yang
terfokus dan cepat.Meminimalisir arus kertas untuk menghindari birokrasi, respon
yang lamban serta kebocoran informasi yang sensitif. Kesadaran yang lebih luas
atas issue tersebut di dalam perusahaan ditingkatkan pada tahap ini dan
analisis serta proses pembentukan opini dimulai.
·
Fase Pembuatan Keputusan Pada tahap ini perusahaan harus
mempertimbangkan tindakan. Tim manajemen harus mengukur dan memutuskan secara
objektif terhadap beberapa alternatif yang diperlihatkan seraya mendorong
pemikiran yang luas dan kreatifitas dalam memformulasikan suatu rencana
tindakan.
·
Fase Implementasi
Tahap ini melibatkan pengambilan langkah-langkah yang sesuai untuk membuat
keputusan manajemen dilaksanakan.
·
Fase Modifikasi Pengukuran dan evaluasi dari tindakan yang
tengah dijalankan serta hasilnya, sehingga penyesuaian atau perbaikan terhadap
rencana tindakan dapat dibuat.
·
Fase Penyelesaian
Tahap ini adalah periode relaksasi yang harus menurunkan tingkat keterlibatan
manajemen senior. Kegiatan kunci melibatkan delegasi yang sesuai dan menjamin
implementasi atas perubahan yang dihasilkan manajemen dalam organisasi.
Manajemen isu yang
efektif dapat membantu membangun manfaat dan penjualan yang kompetitif,
terutama dalam pasar yang baru; juga dapat membantu mengeksploitasi kesempatan
atau melindungi kebijakan organisasi ketika terdapat potensi bagi perubahan
sosial yang penting. Tekanan-tekanan dari pasar yang dinamis, kegiatan
kompetitor serta ketersediaan sumber daya dapat menyulitkan dalam
mengantisipasi, memulai atau merencanakan berbagai isu penting. Kerry Tucker
& Bill Trumpfheller (Regester & Larkin, 2003:102- 112), juga menetapkan
rencana lima langkah untuk membantu mencanangkan sebuah sistem manajemen issue
yang telah berhasil dipraktekkan di lapangan:
a. Mengantisipasi isu dan menetapkan prioritas Membentuk
gugus tugas internal, berdasarkan kerangka pendekatan dalam proses terdahulu
merupakan titik awal vital. Sesi pertukaran pikiran dan analisa database harus
memfokuskan pada penjawaban pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Siapa kompetitor langsung dan tak
langsung serta faktor sosial atau regulasi apa yang harus kita hadapi?
2. Perubahan apa yang harus kita
antisipasi dalam pasar serta dalam lingkungan politis dan sosial yang lebih
luas 12 bulan mendatang dan masa-masa ke depan?
3. Faktor-faktor apa
yang mungkin berdampak pada cara kita bekerja?
4. Peristiwa khusus apa yang mungkin terjadi
dan memiliki dampak pada kemampuan kita untuk memelihara dan mengembangkan
pasar kita?
Sekali isu – isu diatas ini dapat teridentifikasi, kita
dapat menempatkan prioritas dan mengambil keputusan tentang berapa lama dan
berapa besar sumber daya yang diperlukan untuk mengatasi isu – isu tersebut. Menganalisa Isu Kembangkan analisa isu yang
singkat dan formal, lihatlah pada kesempatan-kesempatan serta ancaman terhadap
serangkaian skenario yang berbeda. Hal ini harus mencakup apa yang terjadi bila
isu dibiarkan, serta pengukuran bagaimana khalayak kunci mungkin terkena dampak
oleh isu tersebut. Juga harus ada ringkasan kemana arah isu mungkin berkembang.
Hal ini akan memberikan pada manajemen pandangan yang luas atas isu serta
efeknya pada sejumlah area seperti penempatan posisi produk di pasar, kinerja
keuangan, reputasi perusahaan serta prospektif bagi regulasi atau bahkan
pengadilan. Merekomendasikan posisi
organisasi terhadap isu Analisa dari langkah sebelumnya harus menyediakan
database untuk mengembangkan suatu posisi yang direncanakan untuk menciptakan
dukungan mayoritas terbesar dari para individu atau kelompok-kelompok yang
terkena dampak. Database tersebut dibentuk berdasarkan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Siapa yang terkena dampak?
2. Bagaimana kelompok atau para
individu yang terkena dampak ini memandang isu tersebut?
3. Apa kemungkinan posisi dan
kecenderungan sikap mereka?
4. Apa informasi/data yang dapat kita
kumpulkan untuk mendukung kasus kita?
.
Mengidentifikasikan kelompok dan pembentuk opini yang dapat memperbaiki posisi.
Kelompok-kelompok dan para individu ini akan terlihat melalui pertanyaan
berikut:
1.Siapa yang membuat keputusan atas isu tersebut?
2.Siapa yang mungkin mendukung posisi kita?
3.Siapa yang mungkin tidak akan mendukung posisi kita?
4.Siapa yang dapat menjadi target
kita untuk membuat perubahan terbesar dalam memperbaiki posisi kita?
Jika mungkin, riset harus dilaksanakan untuk memvalidasikan
asumsi yang dibuat tentang kelompok-kelompok selama tahap analisa. Para
pembentuk opini, diikuti oleh industri berpengaruh atau asosiasi karyawan,
konsumen dan kelompok-kelompok berkepentingan serta media massa yang sudah
mendapatkan informasi, dapat menjadi pendukung kuat dalam berurusan dengan
khalayak yang bervariasi, serta kriteria untuk menyeleksi mereka termasuk:
1. Siapa yang
dimintai nasehat/saran oleh anggota kelompok target kita atas isu tersebut?
2. Siapa yang akan dipercayai oleh
komunitas (konsumen, pelanggan) dan masyarakat luas atas isu tersebut?
3. Siapa yang mempunyai kredibilitas
paling baik untuk memperbaiki posisi kita terhadap isu tersebut?
4. Siapa yang mungkin terbuka terhadap posisi kita atas isu
tersebut?
Mengidentifikasi sikap yang dikehendaki. Hal ini merupakan
poin yang sering gagal diperhatikan. Memperbaiki sikap khusus yang berhubungan
dengan posisi perusahaan akan membawa perkembangan pada sisa proses
perencanaan, yakni: strategi komunikasi dan pemasaran, tujuan, target, pesan,
taktik, alokasi sumber daya serta anggaran. Akhirnya, evaluasi kemajuan harus
dimasukkan ke dalam rencana untuk menjamin bahwa target-target kunci dipenuhi,
arah isu tergambarkan serta penyesuaian-penyesuaian dibuat jika memungkinkan.
Lebih baik lagi bila PR dapat me-registrasi atau mengelompokkan berbagai isu
dalam sebuah flow atau alur yang merepresentasikan category isu, kemungkinan
terjadinya, kemungkinan impactnya, stakeholders dan action
- Komunikasi Isu
Seiring
dengan terbukanya saluran kebebasan berekspresi masyarakat di era informasi;
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang menjadikan masyarakat
semakin terdidik dan kritis dalam melihat dan menilai isu atau peristiwa. Oleh
karena itu sensitif terhadap isu dan melakukan antisipasi perubahan yang bisa
membawa konsekuensi bagi organisasi kiranya perlu dilakukan oleh pihak
manajemen yang ingin memenangkan pasar atau menjalankan aktivitas organisasi
dengan lingkungan yang dinamis. Pihak manajemen yang menerapkan strategi
komunikasi yang baik sebagai bagian dari proses manajemen isu bisa menjadikan
isu sebagai titik balik yang justru memperkuat reputasi perusahaan atau
organisasi. Praktisi public relations memiliki peran penting untuk membentuk
strategi komunikasi yang cemerlang dengan mempertimbangkan tiga faktor utama
yaitu : pengetahuan komunikator, pengharapan bersama dan kultur partisipatif.
Kemampuan teknis yang dipadukan dengan kemampuan manajerial yang dalam sebuah
perencanaan stratejik penanganan isu akan menjadi nilai tambah organisasi.
David. M. Dozier, dkk (1995) menjelaskan tiga faktor tersebut sebagai faktor
pembentuk Communication Ecellence, pada bagan sebagai berikut : Ada beberapa
aktivitas manajemen komunikasi yang perlu dikembangkan dalam tim manajemen isu
di organisasi, yakni :
1.
Pemantauan lingkungan untuk mengidentifikasikan isu
2. Riset untuk mengembangkan analisa dari isu potensial
3. Memberikan advice atas isu kepada koalisi dominan
4. Perencanaan stratejik terhadap isu atau
perubahan
5. Mengelola komunikasi program aksi
sebagai respon atas isu Kelima hal tersebut akan menghasilkan kualitas
kebijakan yang tertuang dalam perencanaan stratejik manajemen isu. Pesan
komunikasi dirancang untuk tiap target pubik agar dapat dipastikan publik
mendukung pencapaian sasaran dan objectives program yang sesuai dengan
kepentingan publik.
James Gruning (1992) mengidentifikasi teologi objectives
pesan komunikasi sebagai berikut
1. Message exposure, menyiapkan
materi komunikasi untuk media massa dan menyebarkan pesan lain melalui beragam
media yang dikelola seperti press release dan social media.
2.
Accurate dissemination of The Message, berdasarkan kenyataan publik mengetahui
pesan dan menerima sebagian atau seluruh pesan
3. Acceptance of The Message,
berdasarkan kenyataan publik tidak hanya menerima tapi mempercayai validitas
pesan
4. Attitude change, meyakinkan
publik hingga mereka juga berkomitment verbal terhadap pesan
5. Change
in overt behavior, pesan bukan hanya dapat diterima dan dipahami publik tetapi
mereka sudah pada tingkat merubah perilakunya.
H. Teori situational of the public : teori tentang
public
James
E. Grunig , seorang professor public relations dari University of Marryland,
Amerika Serikat. Ia menulisnya dibeberapa literature, seperti A Measure of
public openions on corperatesocial responsibility (1979) dan bersama Todd Hunt
dalam managing public relation (1984). Secara umum teori ini dapat digunakan
praktisi public relations untuk mengindentifikasi dan mengelompokkan public
berdasarkan persepsi, sikap, dan perilaku public terhadap organisasi , baik
terhadap programnya, produknya maupun ketika terjadi situasi krisis. Secara
umum teori ini menyatakan bahwa public
memiliki pengetahuan atau
kesadaran , sikap dan perilaku tertentu terhadap organisasi. Hubungan antara
pengetahuan, sikap dan perilaku diatas sangat tergantung pada beberapa
situasional. Karenanya perilaku komunikasi yang dilakukan public dapat dipahami dengan
melihat bagaimana public memersepsi situasi yang memengaruhi mereka seperti
kualitas produk, polusi yang diakibatkan aktivitas organisasi atau
pemberhentian karyawan.
Menurut
Grunig (1979:741) teori situational of the publics (STP) mempunyai beberapa
asumsi dasar yaitu :
1. Individu
yang berbeda diasumsikan mempunyai perilaku yang lebih konsisten dan cenderung
sama jika mereka berada pada situasi yang sama.
2. Persepsi
seseorang pada suatu situasi akan menentukan kapan dia merespons, mengapa dia merepons,
bagaimana cara dia merespons dan mengomunikasikan situasi tersebut.
3. Setiap
individu akan berusaha beradaptasi dengan suatu situasi dalam cara tertentu ,
yang menurut persepsinya sesuai karakteristik situasi tersebut.
4. Public
bersifat situasional tergantung pada situasi yang dihadapi. Untuk isu tertentu
, seorang secara aktif mencari informasi tetapi untuk isu yang lain dia memilih
yang pasif. Hal ini tergantung pada seberapa besar isu memengaruhi
kepentingannya. Contoh seorang mahasiswa yang indekos , tentunya akan lebih
mencari informasi tentang kenaikan sewa rumah daripada mahasiswa yang tinggal
di rumah orangtuanya.
5. Karena
bersifat situasional, masalah atau isu bersifat dinamis, maka public pun
bersifat dinamis.masalah datang dan pergi
bergantian dan hanya dianggap relevan oleh individu yang mengalami
situasi problematic yang berkaitan dengan aktifitas organisasi. Contoh saat lumpur
di Sidoarjo masih kecil semburannya, respons public biasa-biasa saja. Tetapi
saat lumpur membesar dan mengenangi beberapa desa, maka berbagai aksi demo dan
tuntutan mulai bermunculan.
I. TIPE - TIPE PUBLIC
Grunig
mengartikan “public “ sebagai sekelompok khusus yang anggota-anggotanya
mempunyai alasan yang sama untuk tertarik dalam aktivitas dan perilaku
organisasi. Public lahir ketika organisasi membuat keputusan yang mempunyai
konsekuensi bagi orang-orang yang ada didalam maupun di luar organisasi yang tidak
terlibat dalam pembuatan keputusan itu. Di sisi lain ,” stakeholder” diartikan
sebagai kategori umum untuk orang-orang yang langsung terpengaruh oleh
konsekuensi actual atau pontensial dari suatu strategi atau keputusan
organisasi. Stakeholder secara umum yaitu focus dari program-program public
relations seperti employee relations, community relations, consumer relation
atau government relations.
Grunig membagun
teori ini berdasarkan ide dari Dewey tentang evolusi perkembangan public.
Menurut Dewey, public mengalami perkembangan berdasarkan tiga aspek yaitu aspek
munculnya masalah , aspek kesadaran akan masalaah dan aaspek bentuk-bentuk
respons terhadap masalah itu. Berdasarkan tiga aspek diatas, grunig (1979)
membagi populasi umum (stakeholder) menjadi tiga macam tipepublic yaitu
a. Public
tersembunyi (latent public) adalah sekelompok orang yang sebenarnya mempunyai
permasalahan yang sama, tetapi tidak dapat mengidentifikasi atau menyadari
permasalahan itu sehingga mereka tidak memberi respons.
b. Public
teridentifikasi (aware public ) bentuk perkembangan dari laten public yaitu
jika kelompok itu kemudian menyadari dan dapat mengidentifikasi suatu permasalahan (isu) maka kelompok itu
berkembang menjadi “aware public” . Mackey (2009 :55) mengatakan bahwa pada
tahaap ini “ kecenderungan untuk
complain , protes atau mendukung sudah mulai muncul “.
c. Public
aktif (active public) adalah sekelompok orang mendiskusikan dan merespons
permasalaahan itu dengan mengeluarkaan
opini ataau melakukan aksi-aksi tertentu. Pada tahap ini anggota public dapat
menyampaikan ekspresinya secara perseorangan atau berkelompok dan dapat
mengunakakan berbagai saluran komunikasi.
Individu menjadi
anggota public aktif (active public) bila dia merasa berkepentingan dengan
aktivitas organisasi, sehingga termotivasi untuk melibatkan diri dengan isu
atau masalah yang muncul. Disini
individu akan mempunyai kecenderungan apakah menjadi public aktif yang
berseberangan dengan organisasi (kontra) atau public aktif yang mendukung
organisasi (pro) . itu tergantung apakah aktivitas organisasi berdampak
negative atau positif bagi kepentingan individu yang bersangkutan, tingkat
pendidikan maupun kekuatan politik public.
Berdasarkan
sifat situasional public, maka dari beberapa penelitian yang menggunakan teori
STP ini ada beberapa kategori public lagi yaitu:
1. All-issue
public yaitu public yang aktif pada semua masalah yang terjadi .
2. Apathetic
public yaitu public yang tidak menaruh perhatian pada semua masalah yang terjadi.
3. Single-issue
public yaitu public yang aktif pada satu atau bagian kecil dari suatu masalah
4. Hot
issue public yaitu public aktif hanya dalam satu masalah yang mempunyai
pengaruh pada hampir sebagian besar
populasi dan pendapat pemberitaan besar-besaran dari media (Grunig & repper
, 2008 :139 : Heath , 2005 : 780 ).
Perusahaan pada saat ini di tuntut untuk melihat perubahan
situasi dan lingkungan yang berubah, dimana manajemen harus efektif untuk
mengantisipasi isu-isu publik dan hubungan yang positif dengan multipihak yang
lebih luas. Apapun isu, baik tentang perubahan iklim, kelangkaan air, pekerja
dibawah umur, kekerasan terhadap binatang, maupun keamanan konsumen. Pimpinan
perusahaan harus dapat merespon kemungkinan resiko dimasa mendatang. Agar dapat
dibangun hubungan lintas organisasi, bekerja dengan berbagai pihak
lain dan memperbaiki serta meresponnya dalam berbagai persoalan yang
muncul. Manajemen yang efektif dalam pengelolaan isu publik dan hubungan
multipihak berkaitan dengan upaya membangun nilai-nilai perusahaan.
Sebuah isu publik adalah isu yang memiliki kaitan antara
organisasi dengan satu atau dua lintas mitra. Isu publik biasa disebut juga isu
sosial atau isu social politik. Model isu umumnya isu luar, yang dampaknya
meliputi beberapa organisasi atau kelompok dan berkaitan dengan banyak orang. Isu publik yang mendesak memiliki resiko
dan peluang. Resiko muncul dalam kaitan karena perusahaan tidak mengantisipasi
resiko atau tidak merencanakan dengan baik rencana perusahaan yang dapat
memperburuk citra perusahaan dan di lain pihak antisipasi perbaikan isu
mendesak dapat menghasilkan daya saing.
Kemunculan isu publik baru harus direspon oleh para pelaku bisnis.
Perusahaan membutuhkan sebuah cara sistematis untuk mengidentifikasi,
memonitor dan menselesksi isu publik yang dapat menjamin kegiatan perusahaan
berkaitan dengan kemungkinan resiko dan peluang saat ini. Perusahaan jarang
yang memiliki kemampuan penuh dalam mengurus soal isu publik karena banyak
faktor yang terlibat di dalamnya. Namun hal itu dapat diatasi dengan membuat
sistem manajemen yang dapat mendeteksi dan memonitor isu yang mendesak.
Analisis
lingkungan merupakan sebuah metode pimpinan perusahaan menggunakan informasi
luar dan sedang menjadi trend, sehingga pimpinan dapat mengembangkan sebuah
strategi perusahaan yang untuk mengidentifikasi dibutuhkan perhatian dan aksi
berupa kerangka kerja untuk menyerap informasi dari luar (dalam konteks ini,
lingkungan di luar perusahaan), mengurangi gesekan, dan dapat meraih keuntungan
lain yang baru.
Intelijen
Lingkungan adalah pengumpulan informasi yang berasal dari analisis dampak
lingkungan terhadap perusahaan. Pengumpulan dapat dilakukan secara informal
maupun formal melalui proses manajemen. Jika dilakukan dengan benar, dapat
menolong perusahaan mengatasi krisis dan mencari peluang baru. Menurut Karl
Albrecht, pengumpulan infomasi tersebut dapat difokuskan pada delapan, layar
radar stategis yaitu : lingkungan pelanggan, lingkungan pesaing, lingkungan
ekonomi, lingkungan tehnologi, lingkungan sosial, lingkungan politik, lingkungan
hukum dan lingkungan geofisik.
Ketika sebuah perusahaan mengidentifikasi sebuah isu publik dan menemukan
kesejangan antara masyarakat dan praktek perusahaan, maka perusahaan harus proaktif mengatasi masalah tersebut. Identifikasi isu mengacu pada antisipasi
urusan mendesak, kadangkala disebut horizon issue, karena muncul secara tiab-tiba. Kadangkala pimpinan menjadi sadar akan isu karena
pemberitaan di media,
pandangan ahli, opini aktifis dan legislatif yang mengidentifikasi berbagai
kasus di masyarakat.
Ketika sebuah isu dapat dikenali, maka manajer harus menganalisis. Perusahaan harus memahami
bagaimana isu berkembang dan bagaimana efeknya bagi perusahaan. Setiap cabang
perusahaan memiliki isu yang berbeda-beda. Sebuah profil isu menjelaskan kepada
para pimpinan, bagaimana pentingnya sebuah isu bagi organisasi, namun hal
tersebut tidak menjelaskan kepada mereka apa yang harus dilakukan. Langkah
selanjutnya dari proses manejemen isu adalah mengumpulkan, mengevaluasi dan
memilih diantaranya yang paling penting. Hal ini membutuhkan pertimbangan
berdasarkan pertimbangan etika, reputasi perusahaan dan nama baik serta faktor
lainnya. Ketika sebuah isu telah dipilih, perusahaan harus mendesain dan
melakasanakan rencana aksi.
Ketika sebuah organisasi telah mengimplementasikan program manejemen isu,
mereka harus menilai dan mempertimbangkan hal yang dibutuhkan. Pimpinan
perusahaan harus melihat manejemen isu sebuah proses yang terus menerus,
sehingga satu persatu mendapatkan jalan keluar yang jelas. Sekarang ini
manajemen isu merupakan sebuah proses interaktif yang serius, perusahaan yang
berpikir panjang harus secara terus menerus melakukan dialog dengan multipihak
tentang isu yang menjadi masalah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ø Manajemen Issue sebagai sebuah alat yang dapat digunakan oleh
perusahaan untuk mengidentifikasi, menganalisa dan mengelola berbagai issue
yang muncul ke permukaan (dalam suatu masyarakat populis yang mengalami
perubahan tanpa henti) serta bereaksi terhadap berbagai issue tersebut sebelum issue-issue tersebut diketahui oleh
masyarakat luas.
Ø Dalam menggunakan suatu proses manajemen isu, kita dapat
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah dengan cepat sebelum isu memiliki
dampak yang tidak diinginkan.
Daftar Pustaka
http://www.susannemadsen.co.uk/uploads/6/3/2/3/6323088/risk_issue_management.pdf
http://rachmatkriyantono.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/MATERI-1-ISSUE.pdf
http://www.susannemadsen.co.uk/uploads/6/3/2/3/6323088/risk_issue_management.pdf
Nova,Firsan . 2012 . Re-Crisis Public Relation. Jakarta: Media Bangsa
Nova,Firsan . 2012 . Re-Crisis Public Relation. Jakarta: Media Bangsa
Kriyantono,
Rachmat. 2014. Teori Public Relations Perspektif Barat dan Lokal . Jakarta
: Kencana Prenadamedia Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar